Sunday, December 7, 2008

UPAYA SISTEMATIS MENDEKATI KEBENARAN

Oleh: Marsigit
Binatang mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survive). Manusia mengembangkan pengetahuannya menjadi kebudayaan untuk memberi makna dalam hidupnya dan mencapai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada sekedar kelangsungan hidupnya. Manusia dapat mengembangkan pengetahuannya kerena manusia mempunyai akal pikir dan mempunyai bahasa.
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan untuk memperoleh kebenaran. Penalaran merupakan salah satu sifat dari manusia. Sifat yang lain adalah merasa, bersikap dan bertindak. Kebenaran bersifat relatif dan berbeda-beda, oleh karena itu kegiatan penalaran untuk mendapatkannya juga berbeda-beda. Proses berfikir untuk mendapatkan kebenaran mempunyai sifat logis dan analitik. Dengan kata lain, kegiatan penalaran merupakan proses berpikir logis. Konotasi logis bersifat jamak sehingga dapat menimbulkan kekacauan penalaran. Salah satu sebabnya adalah tentang kekonsistensiannya. Penalaran yang bersifat analitik menyandarkan diri kepada suatu analisis tertentu, yaitu berdasarkan suatu langkah-langkah tertentu.
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak sepenuhnya berdasarkan penalaran. Intuisi juga merupakan kegiatan berfikir yang tidak berdasar penalaran dan bersifat non-analitik. Jadi cara berpikir masyarakat kita dapat digolongkan menjadi dua yaitu cara berpikir analitik yang berupa penalaran logis dan cara berpikir non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
Kebenaran agama diperoleh melalui kedua kebenaran di atas; dan pengetahuan yang diperoleh dapat berupa wahyu atau petunjuk yang bersifat personal dan subjektif. Sedangkan kebenaran yang diperoleh dari cara berpikir analitis bersifat logis, impersonal dan objektif. Penalaran demikian sering disebut penalaran ilmiah, yang merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif.
Untuk memperoleh pengetahuan yang berdasar kebenaran maka proses berpikir harus dilakukan melalui cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan harus bersifat sahih atau valid. Untuk memperoleh kesahihan kesimpulan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan yaiti logika induktif atau logika deduktif atau gabungan diantaranya.
Paling tidak terdapat dua macam teori kebenaran yaitu teori keherensi dan teori korespondensi. Teori keherensi menyatakan bahwa kebenaran harus konsisten dengan kebenaran sebelumnya yang dianggap benar. Sedangkan teori korespondensi menyatakan bahwa pengetahuan adalah benar jika berhubungan dengan objek yang dituju. Sedangkan teori pragmatis menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan perlu diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan. Tiap pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Kita harus mengetahuai jawaban apa saja yang mungkin ada. Jawaban bagi pengetahuan dapar bersifat ontologis (menanyakan apanya), bersifat epistemologis (menanyakan bagaimananya) dan bersifat aksiologis (menanyakan untuk apanya). Pengetahuan berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan ataupun mengontrol.
Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut sebagai ilmu. Metode merupakan prosedur yang bersifat sistematis. Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dari aturan-aturan dalam metodenya. Epistemologi merupakan pembahasan menganai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan itu.Ilmiah merupakan ekspresi tentang cara bekerja pikiran. Metode ilmiah harus memenuhi sifat keherensi dan sifat korespondensi. Penjelasan sementara mengenai suatu kebenaran disebut hipotesis. Diperlukan langkah-langkah empiris yang bersifat rasional untuk memperoleh kebanaran hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara sebagai petunjuk jalan untuk mendapatkan jawabannya.
Metode ilmiah yang menggunakan perumusan hipotesis sering disebut sebagai proses logiko-hipotetiko-verivikatif. Jika metode menggunakan pendekatan deduksi maka metodenya sering disebut logiko-deduktio-verivikatif. Atau juga kita kenal logiko-induktio-verivikatif. Kerangka berpikir logiko-hipotetiko-verivikatif pada dasarnya meliputi langkah-langkah : perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir dalam pengujian hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

No comments: