Monday, January 12, 2009

Kualitas Kedua dalam RPP pada Skema Pencapaian Kompetensi 'is never ending effort'

Oleh: Euis Kurniawati, SPd

Direkomendasikan oleh Dr Marsigit

Pada perkuliahan terakhir hari Rabu (31 Desember 2008) sampailah kami pada suatu kesimpulan akhir tentang materi kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika (PPM). Ternyata apa yang kami harapkan selama ini dari kuliah PPM yaitu berupa 'produk' RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau Lesson Plan) yang kami bayangkan, yang baku, baik dan benar (adakah?) sesuai kebutuhan di sekolah, yang siap pakai (siap difoto copy oleh rekan-rekan di sekolah/daerah) terhempaskan sedalam-dalamnya ke dasar jurang pemikiran kami yang masih dalam kategori 'mengkhawatirkan'.

RPP yang kami harapkan tersebut adalah RPP Formal, RPP kualitas Pertama. RPP yang hanya menampakkan alur proses pembelajaran, yang bisa diperoleh dari contoh yang sudah ada, bahkan kami bisa saja mencarinya di internet.

Senyatanya, RPP yang beliau (Dr. Marsigit M.A.) maksudkan, yang beliau harapkan agar kami pahami, adalah RPP dalam ranah kualitas Kedua.

Dengan segala keterbatasan saya dalam memahami dan memaknai RPP dalam kualitas Kedua, saya mencoba untuk menuangkannya sebagai suatu wujud permulaan pemahaman yang saya miliki, tentu saja jauh dari sempurna.

Apa yang dimaksud dengan RPP?

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah seperangkat persiapan yang dilakukan oleh guru meliputi skenario sebelum, selama, dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Sedangkan menurut Dr. Marsigit M.A., RPP pada dasarnya merefleksikan aktivitas yang terjalin antara siswa dan guru.

Perbedaan nyata antara kegiatan pembelajaran di Indonesia dengan negara lain adalah terletak pada 'persiapan'. Contohnya persiapan (RPP) yang digunakan di negara Jepang berisi tentang hal-hal yang akan dikerjakan oleh siswa. Sedangkan RPP yang digunakan di Indonesia berisi hal-hal yang akan dikerjakan oleh guru. RPP yang biasanya disusun oleh guru di Indonesia, kebanyakan berupa RPP legal formal yang dipergunakan untuk kepentingan karir atau dinas semata belum menyentuh hakikat RPP yang sebenarnya (Nature Leson Plan).

RPP dapat ditinjau dari berbagai skema, diantaranya: Struktur Pembelajaran (Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Penutup), Skema Pencapaian Kompetensi (Will, Attitude, Knowledge, Skill, dan Experience), Skema Interaksi (Klasikal, Kelompok dan Individua), Skema Variasi Metode (Induksi-Deduksi) Skema Variasi Media atau alat bantu pembelajaran (LKS dan Alat Peraga) dan Skema Variasi Sumber Belajar (Buku Teks, Internet atau Blog dan ICT).

Kualitas Kedua dalam RPP

Kualitas Kedua dalam RPP pada Skema Pencapaian Kompetensi (Will, Attitude, Knowledge, Skill, dan Experience) dapat dipandang sebagai suatu cara dalam memaknai RPP berdasarkan hakikat kompetensi yang ingin dicapai dan ditampilkan dalam RPP.

1. Will: Kemauan, Kehendak (Senang, gembira)

Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam merancang suatu RPP yang dapat mengeksplorasi dan membangkitkan kemauan atau kehendak siswa untuk belajar dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran secara menyenangkan dan dengan perasaan gembira, jauh dari rasa was-was, cemas, bahkan takut. Bagaimana upaya guru dalam membawa dunia matematika ke dunia anak (siswa). Contohnya: menghargai bahasa ibu dalam pembelajaran matematika (selawe = 25; selangkung = 50).

2. Attitude: Sikap, Pendirian (Sabar, tepat waktu)

Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam merancang suatu RPP yang dapat menghidupkan 'ruh' pembelajaran matematika dalam diri anak yaitu berupa keuletan, ketekunan, sifat pantang menyerah, kemampuan mengkomunikasikan ide dan gagasan, kemampuan berpikir kritis dan logis, serta kemampuan mencari solusi dari suatu permasalahan. Sehingga melahirkan suatu sikap atau pendirian yang positif bagi siswa misalnya berupa sifat sabar, tekun, serta tepat waktu (disiplin).

3. Knowledge: Pengetahuan (Mengetahui)

Bagaimana upaya guru dalam merancang suatu RPP yang dapat menumbuhkan kesadaran pada diri siswa agar mereka 'mengetahui' eksistensi mereka dalam dunia matematika, pembelajaran matematika dan pendidikan matematika. Bagaimana upaya guru membangkitkan kesadaran siswa akan pentingnya membangun pengetahuan (khususnya matematika) mereka sendiri dengan potensi, cara, dan keunikan mereka masing-masing.

4. Skill: Keterampilan (Terampil)

Bagaimana upaya guru dalam merancang suatu RPP yang dapat mengasah potensi siswa dalam hal keterampilan mengemukakan ide/gagasan; keterampilan memilih solusi dari permasalahan matematika; keterampilan menyanggah, menjawab, membuktikan suatu hipotesa; keterampilan menggunakan dan menyusun alat peraga; dan sebagainya. Inti dari semuanya itu adalah agar siswa terampil menggunakan potensi keunikan mereka untuk menghadapi dan mencari solusi (secara cerdas) bagi permasalahan dalam pembelajaran matematika. Sehingga matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan bagi siswa.

5. Experience: Pengalaman (Kebermaknaan)

Bukankah pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik? Maka sangatlah diperlukakan upaya guru dalam merancang suatu RPP yang dapat menjadikan kegiatan pembelajaran matematika sebagai suatu pengalaman penting, berkesan dan berharga bagi siswa. Pengalaman akan dirasakan penting, berkesan dan berharga bagi seseorang jika ada makna yang mendalam dari pengalaman tersebut. Kebermaknaan dalam belajar akan dicapai mana kala siswa merasa terlibat dan berperan aktif secara menyenangkan dan penuh perasaan gembira. Kebermaknaan dapat tercapai dalam kegiatan pembelajaran yang memberi ruang dan kesempatan sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan cara dan potensi unik mereka masing-masing, dengan bimbingan guru (tanpa mendominasi) yang mampu melayani kebutuhan para siswanya yang heterogen.

Catatan:

Tulisan ini belum memuaskan bagi saya. Mungkin karena RPP dalam kualitas Kedua merupakan pengetahuan baru bagi saya yang juga sekaligus memancing rasa penasaran saya untuk dapat merancangnya. InsyaAlloh ke depannya akan diupayakan untuk dapat terealisasi. Saya harus lebih banyak belajar dan terus berusaha, never ending effort (meminjam istilah Pak Marsigit).

5 comments:

Anonymous said...

I agree with Mr.Marsigit's idea. 'is never ending effort' is the solution of the best on the education in Indonesia. The student will enjoy for learning mathematics. A spirit of student be a better will more higher...

mahmudblog said...

setahu saya selangkung itu = 25,sedang di sini tertulis selangkung= 50

Dian Andarwati said...

Excuse me sir. I am Dian Andarwati (Inter Math Edu 09). I want ask about Lesson plan (RPP).What is the criteria of a good RPP?Then must a teacher make it by herself/hisself or a teacher can edit from the RPP from others (maybe find in internet or by RPP which is sold to her/him?
Thank you before, Sir

RIANA SINTA DEWI said...

RPP di Indonesia memang disusun oleh guru yang berisi perencanaan kegiatan guru di kelas dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Kita mahasiswa pendidikan pun ketika PPL akan mendapatkan tugas untuk membuat KKN (kalau saya tidak salah) dan diakhir PPL kita harus menyerahkan laporannya. laporan ditulis berdasarkan fakta yang terjadi. sedangkan apa yang terjadi biasanya melenceng dari yang direncanakan.Menurut Bapak bagaimana mengurangi ketidaksesuaian dengan yang RPP direncanakan tsb?

Lalu dalam perkuliahan Psychology of Mathematics Learning, Bapak pernah menceritakan pengalaman Bapak sewaktu di Inggris dan mengenai RPP mereka yang dibuat bersama antara guru dan siswa. Dimana seorabg guru bisa memenuhi semua keinginan belajar siswa tentunya dengan menggunakan metode. Lalu adakah kelemahan dari RPP yang seperti itu?

Terima kasih

Ojanx said...

semoga pendidikan di Indonesia lebih maju lagi.
iklan baris
iklan gratis